Sponsor

Rabu, 07 Desember 2016

RESOLUSI KONFLIK MAZHAB HUMANIS



TUGAS 1

MATA KULIAH RESOLUSI KONFLIK










Disusun Oleh :

   Susi Karyati                (14510001)



Dosen Pengampu : Dra. M.C Candra R

SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”

Yogyakarta

2016

1.      Kumpulkan beberapa pengertian dari : 
      a. Pengertian Konflik

JAWAB :
  • Menurut Pruitt & Rubin, konflik adalah persepsi mengenai perbedaan kepentingan.
  • Menurut Webster, konflik berarti suatu perkelahian, peperangan atau perjuangan yang berupa konfrontasi fisik antara beberapa pihak.

  • Dalam KBBI konflik adalah perselisihan

  • Menurut Robbins, konflik adalah sebuah proses atau upaya yang sengaja dilakukan seseorang atau lebih untuk menghalangi usaha yang dilakukan orang/pihak lain dalam berbagai hambatan yang menjadikan orang lain tersebut merasa frustari dalam usahanya mencapai tujuan yang diinginkan.

  • Menurut Irfan & Puguh, Konflik adalah hubungan antara dua pihak atau lebih, pada tataran individu atau kelompok, yang memiliki atau yang merasa memiliki kepentingan-kepentingan yang tidak sejalan.

  • Menurut Simon Fisher, dkk konflik adalah hubungan antara dua pihak atau lebih (individu atau kelompok) yang memiliki  atau yang merasa memiliki sasara-sasaran yang tidak sejalan
      b. Sumber/penyebab konflik

JAWAB :
  • Menurut Dean G. Pruitt &Jeffrey Z. Rubin penyebab konflik diantaranya :
       1)      Determinan tingkat aspirasi

Dalam suatu situasi tertentu adanya konflik sosial antar dua atau lebih selalu ada aspirasi yang dibawa oleh setiap kelompok. Ketika aspirasi semakin meningkat, maka masing-masing pihak akan lebih nampak berlawanan satu dengan yang lainnya sehingga menciptakan konflik. Aspirasi meningkat karena masing-masing pihak merasa mampu dan berhak memiliki atau mendapat sebuah sasaran yang diinginkan keduanya. Permikiran seperti ini dapat timbul karena faktor prestasi masa lalu, persepsi mengenai kekuasaan, aturan dan norma, perbandingan dengan orang lain, dan terbentuknya kelompok pejuang.

      2)      Determinan persepsi tentang aspirasi pihak lain

Dalam suatu keadaan konflik  tidak hanya karena adanya aspirasi yang tinggi. Namun mempresepsikan aspirasi pihak lain bahwa aspirasi pihak lain terlalu tinggi dan tidak cocok dengan aspirasinya sendiri maka dapat menimbulkan konflik. Faktor yang mendorong suatu pihak berpersepsi bahwa pihak yang bertentangan memiliki aspirasi yang tinggi adalah adanya pengalaman yang buruk dari pihak lain yang menyebabkan frustasi. Sedangkan ketidakpercayaan terhadap pihak lain cenderung akan menguatkan persepsi tersebut.

      3)      Tidak adanya alternatif yang dapat diterima semua pihak

Saat dua pihak atau lebih memiliki aspirasi yangbertentangan dan tidak ada alternatif yang dapat digunakan untuk mencapai sebuah keadaan yang dapat diterima oleh kedua pihak maka menyebabkan konflik.

  • Menurut Simon Fisher,dkk dalam buku mengelola konflik (2001) menyebutkan bahwa sumber atau penyebab konflik antaralain :

       a)   Adanya polarisasi (pengkutupan) yang terus terjadi diantara  kelompok yang berbeda dalam suatu masyarakat.

       b )      Ketidakpercayaan diantara  kelompok yang berbeda dalam suatu masyarakat.

      c)      Perbedaan pandangan, tujuan, sasaran, dan kepentingan

      d)     Tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang

      e)      Adanya ketidakadilan dalam suatu hubungan.



   2.      Sintesakan berbagai pengertian itu dengan menggunakan kalimat anda sendiri!

JAWAB :

      a.    Konflik adalah suatu interaksi dalam suatu hubungan antar individu atau kelompok yang memiliki satu tujuan tertentu dan didalamnya terjadi suatu perbedaan, ketidaksesuaian, atau kesenjangan dalam proses pencapaiannya.

      b.      sumber / penyebab konflik antara lain:

  • perbedaan nilai/ tata nilai, pandangan, kepentingan dalam suatu hubungan sosial. Konflik seringkali dapat muncul ketika seseorang atau kelompok yang saling berinteraksi memiliki cara pandangan yang berbeda satu sama lain. Di mana cara pandangan setiap orang juga dapat dipengaruhi oleh nilai-nilai serta tata nilai yang dimiliki/dipegang oleh setiap individu atau kelompok.
  •  Perubahan nilai yang secara  cepat dan mendadak. Perubahan yang secara cepat dan mendadak sering kali dapat memicu timbulnya konflik.  
  •  Perbedaan kepentingan  
  • Perbedaaan pandangan setiap pihak dalam suatu hubungan interaksi terkadang menimbulkan perbedaan kepentingan atau tujuan.Dengan kata lain bahwa kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Hal seperti inilah yang dapat menyebabkan konflik.
    3. Jelaskan teori konflik mazhab humanis, kemudian jelaskan menggunakan kalimat anda sendiri tentang:

      a.       Prinsip dasar dan asumsi yang dibangun dari teori konflik mazhab humanis

     b.      Kekuatan dari teori konflik mazhab humanis

     c.       Relevansi teori konflik mazhab humanis dengan kondisi konflik sosial pada masa kini

JAWAB :

Teori Sosiologi humanis secara umum berkembang sebagai respon terhadap analisis makro fungsionalisme struktural. Aliran ini sangat mungkin dimaanfaatkan untuk menganalisis  konflik masyarakat terutama konflik mikro. Hal ini tidak lepas dari analisis interaksionisme simbolis yang menekankan individu, simbol dan dunia sosial. Selain pendekatan interaksionisme simbolik, teori konstruksi sosial atau fenomena sosial juga merupakan pendekatan yang dapat digunakan dalam sosiologi konflik mazhab humanis.

Interaksionisme simbolik membahas interprestasi aktor terhadap simbol-simbol , termasuk bahasa yang dibawa aktor lain dalam proses interaksi sosial. Simbol-simbol tersebut diaktualisasikan dalam bentuk tindakan yang dimaknai oleh orang lain dalam bentuk respon tindakan yang disebut imteraksi simbolik. Sosiologi konflik menggunakan analisis interaksi simbolik untuk melihat baerbagai fenomena konflik pada skala mikro dan lingkungan spesifik. Simbol bisa dimaknai secara variatif oleh masing-masing aktor dalam interaksi simbolik. Prinsip utama teori interaksionisme simbolik (Ritzer) yaitu:

  1. Manusia memiliki kapasitas berfikir yang kreatif. 
  2. Kapasitas berfikir kreatif itu dibentuk melalui interaksi sosial
  3. Interaksi sosial individu-individu bisa mempelajari berbagai makna dan simbol yang memberpeluang mereka menguji perbedaan kapasitas berfikir. 
  4. Makna dan simbol member peluang manusia menciptakan tindakan dan interaksi  yang berbeda-beda 
  5. Individu mampu memodifikasi atau membuka berbagai makna dan simbol yang mereka gunakan dalam tindakan dan interaksi berdasarkan pada penafsiran dari situasi mereka.  
  6. Individu mampu melakukan modifikasi dan perubahan karena memiliki kapasitas kemampuan mereka berinteraksi dengan diri mereka sendiri yang member peluang mereka menguji berbagai kemungkinan tindakan, menilai keuntungan dan kerugian dalam kemungkinan tindakan itu, dan kemudian memilih salah satu tindakan yang menguntungkan mereka.
  7.  Pola-pola kesaling terkaitan dari tindakan dan interaksi memoles kelompok dan masyarakat.

Dalam studi konflik dengan pendekatan konstruksi sosial meAlihat konflik sebagai manifestasi sosial dari dialektika kenyataan sosial. Kenyataan sosial merupakan suatu konstruksi sosial buatan masyarakat sendiri dalam perjalanan sejarahnya dari masa silam ke masa kini dan menuju masa depan yang berkarakter pluralis, relatif, dan dinamis. Dimana setiap kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat memiliki kehendak dalam membangun realitas sosial dan setiap kehendak harus berhadapan satu sama lain dan berusaha untuk saling mendominasi.  Oleh karena itu seringkali konflik sering muncul di dalamnya. Asumsi yang dibagun dalam pendekatan ini (Lederach), yaitu:

  1. Konflik sosial dipahami sebagai hal yang alamiah, suatu pengalaman-pengalaman umum yang hadir di setiap hubungan dan budaya.
  2. Konflik dipahami sebagai kejadian konstruktif kebudayaan secara sosial
  3. Konflik muncul melalui proses interaksi yang melandaskan pada pencarian dan penciptaan makna bersama 
  4. Proses interaktif disempurnakan melalui dan berakar dalam persepsi manusia, interpretasi, ekspresi, dan niatan yang semuanya tumbuh dari dan berputar kembali ke kesadaran umum mereka 
  5. Pemaknaan muncul sebagaimana manusia meletakan diri mereka sendiri dan sesuatu yang sosial seperti situasi, kejadian, dan tindakan dalam pengetahuan mereka 
  6. Kebudayaan berakar di dalam pengetahuan bersama dan skema-skema yang digunakan oleh sekelompok orang untuk merasakan, menafsirkan, mengekspresikan, dan merespon kenyataan sosial disekitarnya. 
  7. Pemahaman hubungan konflik sosial dan budaya tidak hanya satu pertanyaan sensitive dari kesadaran, tetapi lebih jauh petualangan yang dalam dari penemuan dan penggalian arkeologis dari pengetahuan umum bersama dari sekelompok orang.
     a.       Prinsip dasar dan asumsi yang dibangun 
        Prinsip dasar yang di bangun dalam teori ini yaitu konflik terjadi tidak lepas dari individu, pemaknaan simbol, dan dunia sosial. Asumsi yang dibangun dalam teori ini yaitu :
·         bahwa konflik lahir karena adanya suatu interaksi simbolis dari setiap individu yang memiliki kapasitas berfikir secara kreatif. Setiap individu digambarkan sebagai unsur utama dalam dunia sosial karena mereka selalu kreatif menciptakan simbol tertentu yang kemudian diwuujudkan dalam suatu tindakan pada lingkungan dan situasi tertentu.

·         Bahwa konflik merupakan suatu proses sosial yang merupakan perwujudan dari interaksi dan tindakan individu atau masyarakat dalam kehidupan atau hubungan sosial. Dimana interaksi yang terjadi akan dapat memengaruhi pada kontruksi sosial yang ada. Dengan kata lain proses karena konflik akan dapat menghasilkan suatu kondisi yang baru melalui berbagai dinamika atau upaya didalamnya.


b.      Kekuatan dalam teori mazhab humanis ini yaitu bahwa konflik dapat dilihat dengan 2 pendekatan yaitu interaksionisme simbolik dan konstruksi sosial. 
c.       Kasus Kerusuhan di Tanjung Balai, Sumatera Utara 29 Juli 2016
       Kronologi kasus:

Kejadian ini berawal dari adanya permintaan seorang warga Tionghoa (M 41 tahun), warga Jalan Karya Tanung Balai yang menegur nazir Masjid Al Makhsum yang ada di Jalan Karya dengan maksud agar mengecilkan volume mikrofon yang ada di masjid berulang kali.

Sekitar pukul 20.00 WIB setelah selesai sholat isya, M yang dianggap telah melarang adanya kumandang azan dari Masjid Al Makhsum didatangi warga. Karena keadaan memanas dimana rumah M di lempari dengan bom molotov M dan suaminya diamankan ke kelurahan yang kemudian di bawa ke Polsek Tanjung Balai Selatan.

Setibanya di Polsek dilakukan pertemuan antara Ketua MUI, FPI, camat, kepling dan tokoh masyarakat setempat. Pada saat yang bersamaan massa mulai datang dan berkumpul yang dipimpin oleh kelompok elemen mahasiswa dan melakukan orasi. Namun massa akhirnya dapat dibubarkan.

Pukul 23.00WIB massa kembali berkumpul karena mendapat informasi dari medsos yang diposting salah seorang warga. Kemudian massa kembali mendatangi rumah M di Jalan Karya mereka hendak membakar namun di larang oleh warga sekitar. Karena massa semakin banyak dan emosi, mereka bergerak untuk melakukan tindakan pembakaran dan pengrusakan sejumlah vihara dan klenteng di Tanjung Balai. Massa melakukan pembakaran terhadap 1 unit Vihara dan 3 unit klenteng 3 unit mobil, 3 unit sepeda motor dan 1 unit betor di Pantai Amor; merusak barang-barang 1 unit klenteng di Jalan Sudirman, merusak barang-barang 1 unit klenteng dan 1 unit praktik pengobatan Tionghoa serta 1 unit sepeda motor di Jalan Hamdoko; merusak barang-barang 1 unit klenteng di Jalan KS Tubun dan 1 unit bangunan milik Yayasan Putra Esa di Jl Nuri; membakar barang-barang dalam 1 unit vihara di Jalan Imam Bonjol, merusak isi bangunan Yayasan Sosial dan merusak 3 unit mobil di Jalan WR Supratman, merusak pagar vihara di Jalan Ahmad Yani, membakar barang-barang yang ada dalam 1 unit klenteng di Jalan Ade Irma.



ANALISIS:

Dalam pandangan mazhab humanis konflik yang terjadi di Tanjung Balai 29 Juli 2016 lalu merupakan konflik antara individu dengan kelompok. Konflik ini dapat dianalisis dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu :

             ·         Pendekatan interaksionisme simbolik

Konflik yang terjadi di Tanjung Balai timbul karena adanya pemaknaan simbol yang salah yaitu terhadap tindakan M (orang Tionghoa) dengan warga yang beragama islam. Dalam hal ini M yang datang ke Masjid Al Makhsum dan meminta nazir untuk mengurangi volume toa di masjid berkali-kali mengundang kesalah pahaman antara kedua pihak. Beberapa warga muslim beranggapan bahwa M telah melarang adanya adzan yang dikumandangkan dari masjid yang kemudian disebarkan melalui medsos oleh beberapa warga yang mendengarnya. sehingga berakibatkan pada pembakaran dan pengrusakan sejumlah vihara, klenteng, tempat usaha, dan kendaraan di Tanjung Balai.

          ·         Konstruksi sosial

Berdasarkan pendekatan konstruksi sosial konflik di Tanjung Balai. konflik terjadi saat beberapa orang memiliki pemaknaan yang sama bahwa M telah bertindak antolerir terhadap sesama umat beragama  sehingga melakukan kerusuhan sebagai ekspresi atas pemaknaan tersebut yang dianggap wajar.




Kesimpulan

MAZHAB HUMANIS
Teori
Kasus
Analisis
Prinsisp dasar yang dibangun dalam teori ini yaitu bahwa konflik terjadi tidak lepas dari individu sebagai manusia yang kreatif, pemaknaan simbol, dan dunia sosial.
PEMBAKARAN VIHARA DI TANJUNG BALAI, SUMUT 29/7/2016

Kejadian ini berawal dari adanya permintaan seorang warga Tionghoa (M 41 tahun), warga Jalan Karya Tanung Balai yang menegur nazir Masjid Al Makhsum yang ada di Jalan Karya dengan maksud agar mengecilkan volume mikrofon yang ada di masjid berulang kali.
Sekitar pukul 20.00 WIB setelah selesai sholat isya, M yang dianggap telah melarang adanya kumandang azan dari Masjid Al Makhsum didatangi warga. Karena keadaan memanas dimana rumah M di lempari dengan bom molotov M dan suaminya diamankan ke kelurahan yang kemudian di bawa ke Polsek Tanjung Balai Selatan.
Pukul 23.00WIB massa kembali berkumpul karena mendapat informasi dari medsos yang diposting salah seorang warga. Kemudian massa kembali mendatangi rumah M di Jalan Karya mereka hendak membakar namun di larang oleh warga sekitar. Karena massa semakin banyak dan emosi, mereka bergerak untuk melakukan tindakan pembakaran dan pengrusakan sejumlah vihara dan klenteng di Tanjung Balai.
Ø Berdasarkan pendekatan fungsionisme simbolik bahwa Konflik yang terjadi di Tanjung Balai timbul karena adanya pemaknaan simbol yang salah yaitu terhadap tindakan M (orang Tionghoa) dengan warga yang beragama islam. Dalam hal ini M yang datang ke Masjid Al Makhsum dan meminta nazir untuk mengurangi volume toa di masjid berkali-kali mengundang kesalah pahaman antara kedua pihak. Beberapa warga muslim beranggapan bahwa M telah melarang adanya adzan yang dikumandangkan dari masjid yang kemudian disebarkan melalui medsos oleh beberapa warga yang mendengarnya. sehingga berakibatkan pada pembakaran dan pengrusakan sejumlah vihara, klenteng, tempat usaha, dan kendaraan di Tanjung Balai.

Ø Berdasarkan pendekatan konstruksi sosial konflik di Tanjung Balai. konflik terjadi saat beberapa orang memiliki pemaknaan yang sama bahwa M telah bertindak antolerir terhadap sesama umat beragama  sehingga melakukan kerusuhan sebagai ekspresi atas pemaknaan tersebut yang dianggap wajar.
Asumsi yang dibangun dalam teori ini yaitu :

Ø Bahwa konflik lahir karena adanya suatu interaksi simbolis dari setiap individu yang memiliki kapasitas berfikir secara kreatif.

Ø Bahwa konflik merupakan suatu proses sosial yang merupakan perwujudan dari interaksi dan tindakan individu atau masyarakat dalam kehidupan atau hubungan sosial.
Kekuatan dalam teori mazhab humanis ini yaitu bahwa konflik dapat dilihat dengan 2 pendekatan yaitu  interaksionisme simbolik dan konstruksi sosial.





REFERENSI

Dean G. Pruitt &Jeffrey Z. Rubin.2009.TEORI KONFLIK SOSIAL.Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Wijaya,Masmoelyadi,dkk.2013.MODUL PENANGANAN KONFLIK BERNUANSA KEAGAMAAN.Yogyakarta:PUSHAM UII.

Simon Fisher, dkk. 2001. MENGELOLA KONFLIK.Jakarta: SMK Grafika Desa Putra.

http://pengertian-pengertian-info.blogspot.co.id/2016/03/sosiologi-konflik-dan-resolusi-konflik/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar